Saat sesuatu hal mengejutkan terjadi padamu

Bangun di pagi hari dengan kepala sakit dan terasa berat memang menganggu, alih-alih ingin segera beraktivitas, pilihan untuk tetap di atas kasur, menarik selimut dan terpejam seolah pilihan yang paling tepat untuk dilakukan. Meski dalam pejamnya mata, pikiran terus berselancar, saling mencumbu aneka dialog yang datang dan pergi malam sebelumnya.

Masih amat lekat diingatan segala yang kurasakan malam itu saat aku mendapati sesuatu hal yang mengejutkan harus kudengar. Seluruh sendi tubuhku melemas, beberapa detik aku tidak bisa memikirkan apapun. Dan beberapa waktu kemudian hingga menjelang pagi aku berusaha mengumpulkan nyawa, bicara pada diri sendiri bahwa semua itu memang harus aku dengar dan aku hadapi. Namun, saat itu sepertinya tidak hanya sampai disitu, saat hati belum siap menelaah semuanya, aku harus mendengar hal mengejutkan lainnya. Aku merasa dunia ku runtuh, sakit dikepala terasa amat sangat berat, mungkin bagi sebagian orang yang kualami adalah biasa tetapi tidak untukku, yang merasakan setiap kejadian dengan hati. Beberapa hari setelah hari itu, setiap aku berada dikeramaian, aku justru merasa sendiri. Aku tidak ingin menemui siapapun, dan bicara pada siapapun, meski itu tidak mungkin bisa terjadi karena kita adalah makhluk sosial. 



Butuh proses untuk menerima segala hal yang tidak pernah kita sangka akan terjadi dan tidak sesuai dengan harapan kita, namun berjalannya waktu aku menyadari ketika sesuatu mengejutkan terjadi padamu, percayalah itu adalah takdir terbaik untukmu saat itu. Hidup tak selamanya sempurna, yang terjadi tak selalu kita suka. Tapi kita selalu bisa bahagia dengan cara mensyukuri setiap yang terjadi dalam hidup kita. 

Tetapi, apakah peran yang dijalani di kehidupan ini kerap sesuai dengan apa yang kita harapkan?

Sebelum menjawabnya, aku sendiri mencoba menelaah dan memahaminya. Karena pengalaman-pengalaman yang kulewati pun tak terhindar dari segala rintangan. Terkadang aku menaruh harapan pada langkah yang kujalani. Tidak jarang, emosi pun hadir menemaninya. Tidak selalu peristiwa di muka bumi ini  selalu menyenangkan. Kadangkala kita butuh sedih, marah, kecewa, dan lain sebagainya untuk memahami makna di balik semua yang terjadi.

Sebagai manusia biasa aku semakin menyadari bahwa stimulus dalam diri yang berupa logika dan perasaan ini, akan menghadirkan sebuah hasil. Jika keduanya berjalan baik, maka Inshaallah hasilnya pun baik. Namun sebaliknya, dalam stimulus itu juga, kadangkala ada selipan aneka harapan dan ekspektasi yang berlebihan, sesuai dengan keinginan diri sendiri. Inilah (mungkin) yang menjadi akar kecewa, ketika pada akhirnya harapan tak sesuai dengan kenyataan.

Maka, untuk hal yang terjadi diluar kendaliku dan tidak sesuai dengan harapan yang kuciptakan sendiri, aku berusaha menerima dengan melihat segala peristiwa dari berbagai sudut pandang, selagi aku masih mau dan mampu menjalani kenyataan yang tak sesuai harap itu. Sampai nanti di masa, aku sudah bisa menerima keadaan sepadanya. Bahwa memang ada hal-hal dihadirkan namun tidak menjadi takdir dan memilih melepaskan segala harap dan ekspektasi. Karena aku percaya tidak ada kejadian yang kebetulan di dunia ini, semua hadir untuk memberikan pelajaran. 


Ibun Atha’Illah dalam Al Hikam :
“Ketika Allah Swt memberimu, berarti Dia membuatmu menyaksikan kebaikan-Nya; dan ketika Dia mencegahmu, berarti Dia membuatmu menyaksikan kekuasaanNya”

Sementara itu, dalam Q.S Al-Qur’an, Al – Insyirah ayat 8;
“Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.”

Menemukan ayat yang pasti maknanya, serta penggalan kalimat Ibnu Atha’Illah tersebut, memberikan pencerahan yang semakin jelas, bahwa ketika apapun yang kuharapkan pada makhluk, atau pada segala logika dan rasaku, hanya membuat emosi itu kembali muncul dalam bentuk kekecewaan, marah atau bersedih. Karenanya, lakukan saja yang terbaik menurut versi masing-masing, dan biarkan Allah Swt yang menentukan hasil.

Hmm, semudah itu sebenarnya ya, andaikan kita melihat setiap ketidaknyamanan dengan pemikiran yang lebih jernih dan perasaan yang lebih terolah. Begitupun dengan tulisan ini. Semudah itu, setiap kalimat kurunutkan dalam barisan-barisan kata. Tapi percayalah, aku berproses, kamu pun sama, mereka pun demikian. Tidak ada yang salah dengan segala pemahaman kita, selama kita mampu membawanya kepada pemahaman yang lebih baik, untuk kebaikan perasaan, pikiran, dan tindakan kita. Semoga….kita tak lelah mengasuh kedewasaan dengan sebaik-baiknya cara.

-Kutuliskan seapadanya dari sebuah peristiwa 08 Oktober 2021 di Jakarta Selatan- 
Apapun itu, ALLAH BAIK. 

Postingan Populer