Berbaik Sangka
Sebagai seseorang yang sangat menyukai pekerjaan dan pengembangan diri, saya ada di titik ini bukan dengan jalan mudah. Saya harus bisa terus seimbang dan fokus meski disisi lain saya harus berhadapan dengan diri sendiri untuk masalah pribadi saya.
Saya percaya segala yang diupayakan dengan niat baik akan selalu dipertemukan dengan hal-hal, orang-orang dan tempat-tempat yang baik. Begitu juga sebaliknya, maka sebaiknya fokus saja pada pemikiran dan rencana baik. Saya bersyukur bisa menjalani dua posisi dalam pekerjaan, sebagai karyawan juga sebagai pemilik usaha. Mungkin bagi kebanyakan orang, memiliki usaha adalah puncak dari keberhasilan karir atau profesi seseorang. Namun bagi saya yang sudah mengalami naik turun di dunia usaha selama 8 tahun, saya memahami semua ada kurang lebihnya. Sebelum memiliki usaha sendiri di tahun 2014, saya pun sudah di dunia kerja sebagai karyawan sejak tahun 2000. Pandemi yang mungkin juga membuat banyak usaha sedikit mengalami kemunduran buat saya justru menjadi langkah saya kembali menjadi karyawan. Yang kemudian membuat saya objektif dalam menghadapi permasalahan dalam pekerjaan. Saya mensyukuri semua perjalanan hidup saya, baik dalam perjalanan pekerjaan, hubungan dengan pasangan maupun pertemanan. Semua membentuk saya menjadi seperti sekarang.
Bersabar memang bukan semata ucapan dan tulisan, namun bagaimana kita mengaplikasikannya dalam setia langkah dan hembusan napas kita. Kadang… dalam sabar, ada saat ingin mengeluh, ingin mencurahkan air mata, bertanya “kenapa” atau “sampai kapan?” Meski sebenarnya, fase tersebut adalah sebuah fase yang kita tahu should be how nya, tapi menjadi sulit saat kita lengah. Lengah pada keyakinan, lengah pada harapan, lengah pada doa, lengah berbicara pada diri sendiri, lengah mengingat Allah, terlebih lengah pada cara kerja hati. Saya sendiri pun menyadari betul akan hal ini.
Saya percaya, di setiap qalbu kita, kita selalu punya keyakinan akan sesuatu hal. Tentang memercayai bahwa setiap masalah yang dihadapi, tidak ada yang di luar kesanggupan kita. Insha Allah, Allah mampukan. Kita dianggap mampu berjuang, dan terpilih diantara yang lain. Juga tentang memercayai bahwa selalu ada hasil dari setiap sabar yang kita jaga, tentang memercayai bahwa setiap kebaikan akan selalu berbalas dengan kebaikan lagi. Yang terpenting bagaimana diri kembali memantaskan untuk menjadi lebih baik dari segala sisi. Tak apa melemah, untuk kemudian kembali menjadi lebih kuat. Tak apa sedih sejenak, untuk kemudian yakin bahwa bahagia ada di setiap langkah kita. Wallohualam.
Berbaik sangka! Ini yang bisa saya lakukan saat nalar terlalu sulit untuk menentukan langkah, jika ikhtiar terasa belum menemukan jalan keluar. Kembali kepada qalbu diri, “Innama’al ‘usri yusra” (Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan) – (QS. Al-Insyirah [94]: 5-6). Aamiin.